Dalam bulan Januari ini aku belajar dari kitab Kejadian. Ada banyak hal yang menarik perhatianku, salah satunya yaitu kisah hidup Nuh. Semua pasti tau nama Nuh bahkan sejak masih di sekolah minggu.
Dalam Kejadian 6 digambarkan bahwa Nuh hidup di zaman yang penuh dengan kejahatan.
Ayat 5 dinyatakan bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecendrungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Manusia terlibat dalam dosa seksual (kej 6:2 - anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka) dan juga kekerasan (kej 6:11 adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan).
Keadaan yang terjadi pada zaman itu tak jauh berbeda dengan yang kita hadapi saat ini bukan?? Pacaran tidak kudus, perselingkuhan, homoseksual menjadi hal-hal yang lumrah terjadi di masyarakat apalagi di Jakarta.
Bahkan ditulis, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya (kej 6:6). Allah mengasihi manusia tapi Dia harus menghukum manusia karena dosa mereka.
Ada cerita yang kontras dari kisah hidup Nuh. Lihatlah apa yang dikatakan tentang Nuh. Nuh adalah orang yang benar dan tidak bercela diantara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (Kej 6 : 9). Ditengah-tengah zaman yang bobrok, Allah masih menemukan Nuh yang hidup benar menurut jalan-jalan kebenaran Tuhan, yang tak membelok kekanan dan kekiri namun fokusnya hanya kepada Allah.
Dia memisahkan diri dari kejahatan yang dibuat orang-orang sezamannya, ia tidak menyetujui kelakuan yang dianggap populer oleh masyarakat pada saat itu. Pasti ada banyak godaan yang dialami Nuh sama seperti kita yang hidup dizaman ini. Godaan untuk hidup menurut cara hidup dunia ini yang curang, tidak kudus, yang penuh kebencian, kekerasan, iri hati, dls. Tapi Nuh menjadi teladan kita untuk hidup benar ditengah kebobrokan zaman ini. Jika Nuh dapat hidup benar dan dekat dengan Allah, kita juga pasti bisa.
Diceritakan dalam pasal 6 bahwa Nuh diperintahkan Allah untuk membuat bahtera dan membawa masuk seisi keluarga dan juga segala jenis hewan sepasang-sepasang.
Dalam ayat 22 dinyatakan Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadaNya, demikianlah dilakukannya.
Klo dalam bayanganku, gile juga si Nuh. Ga ada ujan, ga ada air tapi berani banged membangun bahtera. Pasti tetangga-tetangganya mengejek dia, tapi Nuh tetap beriman kepada Allah. Dia tidak meragukan Firman Allah dalam hidupnya. Dia tau bahwa Allah yang dia sembah, layak untuk dipercayai.
Ibrani 11 : 7 menyatakan "karena iman, maka Nuh – dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan – dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya"
Satu lagi teladan dari Nuh, beriman kepada Allah. Apapun yang telah Allah janjikan dalam hidup kita, imani itu. Meskipun saat ini kita tak melihat tanda-tanda atau jalan yang terbuka tetap beriman kepadaNya. Yakinlah bahwa Dia Allah yang layak dipercayai, Dia Allah yang mengasihi kita, yang mendatangkan kebaikan dalam hidup kita.
Setelah air bah surut dan Nuh turun dari bahtera, Nuh langsung mendirikan mezbah bagi Tuhan.
Apa kata Tuhan ketika Ia mencium persembahan Nuh yang harum itu : “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkannya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah dilakukan” (Kej 8 : 20-21)
Seperti Nuh, hendaklah kita mendirikan mezbah dan mempersembahkan hidup kita yang menyenangkan hati Allah dan juga memberkati banyak orang. Karena persembahan Nuh, maka seluruh bumi diberkati Allah.