Udah lebih dr setahun blog ini ditelantarkan -.-. Pingin nge-blog lg tp sinyal internet di rumah "parah" bgd. Jdnya nge-blog dr hp dg tulisannya seadanya sj. Harap maklum :)
Cerita dibawah ini dikutip dr buku yg sedang sy baca "Sacred Influence".
Ketika saya naik bus kota di bandara, saya berjumpa dengan seorang pria berusia 60 tahun yang mengatakan sesuatu yg sangat sederhana namun mengejutkan.
Lysa : Semestinya orang senang melihat bus kota ini berhenti, karena itu berarti mereka akan pulang ke rumah
Sang pengemudi : (tertawa) Benar, semua org gembira melihat sy berhenti di pinggir jalan. Itulah sebabnya sy sangat menyukai pekerjaan sy. Org2 naik ke dalam bus dengan senyum lebar di bibir. Mereka telah sekian lama menunggu sy dan ketika akhirnya sy dtg, mereka bahagia sy berada di sini.
Sy kerap berharap memiliki kamera video utk merekam org2 ini, yg naik ke dlm bus sy dg wajah penuh senyum dan mengeluarkan kata2 "senang bertemu Anda". Sy akan senang jk istri sy menonton video seperti itu. Sy selalu mengharapkan istri sy memandang sy seperti itu sepulang sy dr kerja.
Sy yakin setiap pria yg msh bernapas pasti merasakan hal ini. Entah pengemudi bus kota, seorg Direktur Utama, seorg atlet kelas dunia atau seorg asisten manajer di sebuah supermarket, akan sungguh berarti bagi hati seorg pria tatkala istri dan anak2nya tampak bahagia bertemu dgnnya.
Cerita di atas cukup menemplak sy. Kenapa? Sy juga tergolong istri yg dimaksudkan oleh pengemudi bus diatas. Waktu suami sy pulang kerja, sy jarang menyambutnya dg antusias n senyum yg merekah. Pasti suami sy yg heboh bgd manggil2 istrinya yg lg sibuk di dapur dg penuh semangat.
Sy harus terus belajar menjadi istri yg menghargai dan tunduk pd suami.
Dengan pandangan mata atau raut wajah seperti apa kita memandang suami kita? Ingatlah, Anda/Saya bukan satu2nya org yg memandang suami kita. Ketika suami merasa lebih dihargai/dihormati di tempat kerja dari pada di rumah, suatu situasi yg berbahaya akan meledak. Akhirnya, hatinya akan condong ke tempat dimana ia merasa dihargai.
Nb. Tulisan ini utk para istri, bukan berarti suami2 menggunakannya sbg pembenaran atas "kesalahan" yg terjadi