Judul khotbahnya : Menerima Pilihan Mengambil Kesempatan
Dari banyak pilihan yang diperhadapkan dalam hidupnya, ini adalah 3 pilihan dari berbagai macam pilihan yang dihadapi Abraham :
1. Berdiam dalam kenyamanan hidup atau berjalan dalam ketidakpastian hidup yang berujung pada menjadi berkat bagi sesama.
Seperti kita tahu, Abraham memilih untuk meninggalkan rumah dan semua kenyamanannya di Haran untuk taat kepada perintah Allah. Ia tidak tau kemana ia akan pergi tapi Ia taat kepada Tuhan. Dia menyerahkan semua kenyamanan hidupnya dan tunduk kepada Allah. Meninggalkan sanak saudara dan juga rumahnya.
Dalam Kejadian 12 : 1 dinyatakan Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Ibrani 11 : 8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Aku beberapa kali harus meninggalkan tempat tinggalku dan pindah ke daerah yang baru. Pertama pindah dari Ambon (17tahun disini) ke Surabaya (4tahun) dan ke Depok (sampe saat ini udah 5tahun). Pindah itu tak menyenangkan. Berpisah dengan orang-orang yang selama ini selalu bersama dan mendukung kita ke tempat yang baru dan tak tau apa yang akan terjadi nanti apalagi tanpa tau mau kemana!!!! *Gile aje*. Begitu dengar cerita tentang Abraham ini aku langsung membatin, luar biasa Abraham ini. Ngebayangin seseorang pergi tanpa tau harus kemana, itu merupakan penyerahan hidup yang luar biasa.
Abraham diberikan pilihan dalam hidupnya. Menaati Tuhan atau tidak. Mempercayai Allah dan memenuhi panggilanNya atau tidak. Ya, Allah telah berjanji tapi apakah saat itu Abraham telah melihat janji itu?? Belum. Janjinya tersedia tapi butuh kesediaan kita untuk mempercayai janji itu dan melangkah dalam ketaatan.
Kitapun seperti Abraham, Tuhan telah menyediakan janji bagi setiap kita tapi pertanyaannya apakah kita mau taat kepada Tuhan?? Mengikut Tuhan sekalipun kita berada dalam padang gurun, dalam jalan panjang yang seakan ga ada ujungnya, di lautan luas yang tak kelihatan satu pulau pun?? Susah banged!!! Kita semua mau kepastian, tapi berkat Tuhan disediakan bagi mereka yang mau taat. Pilihan ada ditangan kita
2. Tenggelam dalam reruntuhan keputusasaan atau merambat dalam pengharapan akan kesanggupan kemustahilan.
Menunggu, sesuatu yang membosankan. Yang nunggu pesawat delay 4 jam aja, aku berasa lumutan. Udah duduk dengan segala macam gaya, udah main hp sampe lowbat, udah foto-foto sampe ga ada yang bisa difoto juga, ngobrol sama orang baru sampe kehabisan bahan obrolan tapi pesawatnya ga nongol2 juga. Asli beteee banged :( *kok jadi curhat yah*
Bisa ngebayangin ga sih klo menanti selama 25 tahun tapi belom ada jawaban juga bahkan yang ada itu kenyataan yang bertolak belakang dengan janji itu sendiri?? Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan seperti bintang dilangit dan pasir dilaut tapi kenyataannya?? Sara isterinya sudah mati haid (menopause).
ayat 2 Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
ayat 5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
ayat 6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.Abraham memilih percaya kepada Tuhan bukan kepada kenyataan yang ada dihadapannya. Dia tidak putus asa dan hancur dalam keputusasaannya tetapi memilih untuk percaya kepada Tuhan. Seperti Abraham, jangan pernah menyerah, putus asa dan mundur karena kita tidak tau apa yang akan Tuhan sediakan bagi kita
3. Mundur teratur dari panggilan hidup atau tetap bertahan dalam iman akan integritas karakter Allah ditengah-tengah pahit getirnya kehidupan.
Akhirnya setelah 25 tahun menanti, janji Allah digenapi dalam diri Ishak. Bisa dibayangkan ga sih perasaan Abraham pada saat lahirnya Ishak. Pasti bahagia banged, sukacita banged. Bayangin aja jika setelah bertahun-tahun penantian akhirnya lahirlah seorang bayi dalam sebuah keluarga. Pasti Abraham dan Sara sangat mengasihi Ishak, Ishak sangat berharga bagi mereka. Tapi coba baca apa yang diperintahkan Allah kepada Abraham dalam Kej 22 : 2 Firman-Nya:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."Ketika rumah kami satu2nya diijinkan Tuhan untuk terbakar dan dijarah saja, rasanya ga rela banged. Aku bertanya berkali2 sama Tuhan, mengapa Tuhan?? Apalagi klo aku disuruh mempersembahkan anakku sendiri. Is that make sense??
Tapi lihat apa yang Abraham lakukan??
Dalam Ibrani 11 : 17 dinyatakan karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal
Selanjutnya dalam Yak 2 : 21. Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 22. Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Iman Abraham tak tergoyahkan, Dia mempercayai integritas Allah. Allah yang akan menggenapi setiap janjiNya sesuai dengan kehendakNya.
Apakah iman Abraham yang luar biasa terjadi begitu saja?? Menurutku sih TIDAK. Proses penantian selama 25 tahun itulah yang mengerjakannya. Hari-hari yang dilaluinya bersama Tuhan selama 25 tahun itulah membuatnya memiliki iman yang luar biasa.