Selasa, 27 September 2011

Lady in Waiting Chapter 8 Wanita Yang Puas

Chapter sebelumnya disini yah

Sekali lagi Anda menyerahkan frustasimu dan Anda mendapatkan damai sejahtera serta kepuasan dari Allah. Namun beberapa waktu kemudian Anda mendapat telepon/sms dari seorang pria lajang “paling dicari” untuk mengajak Anda berkencan, apakah Anda tetap tenang dan menyerahkan harapan-harapan Anda kepada Tuhan??

Siksaan Keinginan

Memang benar kerinduan akan seorang suami itu dapat memuaskan pada hari pernikahanmu, tetapi kerinduan itu akan segera tergantikan oleh keinginan-keinginan dan harapan-harapan mengenai hubungan pernikahan yang mungkin tidak akan terpuaskan yang dijalani seumur hidup. Jika Anda saat ini tidak puas sebagai seorang wanita lajang, dimasa yang akan datang Anda pasti tidak akan puas sebagai seorang yang menikah.

Kegelisahan yang disebabkan oleh keinginannya akan sesuatu yang tidak dimilikinya itu, membuat penantian nampak seperti suatu tugas yang mustahil. Bagi seorang wanita yang tidak puas, di dalam pikirannya kata tunggu mungkin sama dengan kata “kutuk”. Seorang Wanita dalam Penantian mendapati kapasitasnya untuk menantikan yang terbaik dari Allah itu berakar pada rasa puas.

Kapasitas untuk Menanti

Jika melihat kondisi Rut, ia mempunya alasan untuk merasa tidak puas. Menjadi janda pada usia muda menyediakan tempat berkembang biak yang tepat bagi rasa mengasihani diri dan kepahitan. Tetapi Ruth memilih untuk melekat pada Allah Israel. Allah yang didapatinya dapat dipercaya sekalipun dalam keadaan-keadaan sulit.

Menunggu tidaklah mengakibatkan “penderitaan”, tetapi untuk mencegahnya. Para wanita mengalami kesakitan yang tidak perlu waktu mereka berlari lebih cepat dari format Allah.

Kubangan-kubangan Ketidakpuasan

Menjadi lajang bisa saja cukup sulit bagi seorang wanita, tetapi patah hati karena seorang pria itu dapat berbahaya, membawa pada kubangan ketidakpuasan sehingga dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sembuh dan menemukan kapasitas mereka untuk mempercayai laki-laki dalam kehidupan mereka.

Kadang para pria tidak menyadari kesanggupan mereka untuk memperdaya “Dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini...(1 Tesalonika 4:6). Memperdaya berarti membangkitkan keinginan emosi atau fisik yang tidak dapat dipenuhi secara benar. Para wanita lajang perlu menyadari situasi-situasi yang umum terjadi dimana seorang pria mungkin menggairahkan seorang wanita. Jika seorang wanita lajang sadar akan teknik semacam itu maka ia dapat menghindari patah hati yang tidak perlu dan menjadi efektif dalam mengekang emosi-emosinya.

Cara yang mungkin dilakukan pria untuk menggairahkan adalah melalui hal-hal yang mungkin ia katakan atau lakukan, dengan penekanan potensi masa depan hubungan itu dan bukan berfokus pada kesempatan-kesempatan yang ada sekarang bagi pertumbuhan persahabatan itu. Cara memperdaya ini menimbulkan perasaan-perasaan pada wanita yang tidak dapat dipenuhi secara wajar pada masa sekarang. Tundalah pembicaraan mengenai kebersamaan dimasa depan, pernikahan, atau seperti apa rumah yang kau inginkan, sampai pertunangan. Jangan mendorong pembicaraan mengenai hal-hal yang “mungkin” tetapi binalah kata-kata dan tindakan yang mengembangkan persahabatan pada saat ini.

Hukum Kesebelas

Ingatlah cara-cara wanita dapat diperdaya oleh pria dan sadarilah bahwa seorang wanita lajang dapat menyabotase kepuasannya sendiri dengan memperdaya dirinya sendiri. Lindungilah dirimu dengan memakai “Hukum Kesebelas” ini : Jangan memperdaya diri sendiri.

Para wanita memperdaya diri sendiri dengan mencampuradukan pelayanan dan pernikahan. Salah membaca maksud antara kaum pria dan wanita membuat mereka bertabrakan tentunya. Tabrakan itu dapat dihindari jika Wanita yang Puas mengingat-ingat bahwa emosinya harus ditundukkan dibawah kenyataan : pelayanan bersama adalah hak istimewa sebagai seorang percaya, tidak otomatis menjadi kesempatan pernikahan. Setiap hari diseluruh dunia, para wanita patah hati karena mereka mengizinkan emosi mereka lari mendahului komitmen. Wanita, tua dan muda, kelihatannya menolak mengendalikan emosi mereka. Akibatnya, mereka berakhir dengan lumpuh secara emosi, marah pada pria yang tidak berhasil hidup sesuai dengan fantasi emosi mereka.

Seorang pria mengirimkan kartu ucapan terima kasih pada seorang wanita lajang karena pertolongannya dalam beberapa proyek atau pelayanan. Wanita lajang itu melaminasi kartu itu, mengantisipasi masa depan dengan pria ini, dan membiarkan harapan-harapannya berkembang merajalela.

Anda harus secara sadar menolak melakukan “perbuatan baik” bagi seorang pria dalam hidupmu sampai Anda tau motivasi dibalik tindakan “tidak egois” yang Anda lakukan. Cara termudah untuk melanggar “Hukum Kesebelas” adalah dengan berperan sebagai “ibu atau isteri pengganti” dalam hubungan dengan seorang saudara dalam Kristus. Anda memilih seorang penerima waktu dan perhatianmu, kemudian Anda mengurus semua kebutuhan istimewa apapun yang dapat Anda ketahui dengan samaran pemberian yang tidak egois.

Seorang Kristen yang berdedikasi harus melakukan perbuatan baik, tetapi jika Anda membatasi pelayanan Anda pada pria-pria dalam kelompokmu, itu tidak akan berhasil baik. Anda akan merasa terluka oleh sikapmu yang memperdaya diri sendiri waktu Anda menyadari bahwa pria yang dilayani secara istimewa itu, menganggap semua itu memang semestinya demikian.

Fantasi Pra Nikah

Seringkali pergumulan seorang wanita lajang dengan rasa puas dapat ditelusuri kembali kepada lamunannya dan bukan kepada keadaan-keadaan yang membuatnya frustasi. Disiplin harian untuk membawa fantasi-fantasimu pada Yesus adalah dasar masa depanmu sebagai wanita yang puas, apakah kamu menikah atau tidak. Ketidakdisiplinan dalam bidang “mematahkan imajinasi” dapat berakibat pada memperdaya diri sendiri dan ketidakpuasan yang tidak perlu.

Teman-teman juga sering berpartisipasi dalam perkembangan fantasi pra nikah seseorang. Seorang gadis akan bercerita secara terperinci dan teman-temannya tidak hanya ikut gembira, tetapi juga menaruhkan imajinasi yang berlebihan dengan menanyakan pertanyaan seperti, “Apa kamu pikir ini orangnya?”. Kita perlu teman-teman yang mengingatkan kita agar kita tidak lari mendahului waktu Allah.

Pemantau Rohani

Kita dapat menjadi pemantau rohani bagi para wanita lajang didalam kehidupan kita. Berdoalah untuk kemampuanmu berbagi sukacita, kemudian berdoalah untuk keberanian mengatakan kebenaran mengenai menyerahkan mimpinya kepada Tuhan dan tidak lari mendahului Tuhan, didalam harapan-harapannya. Seorang pemantau rohani tahu penting menyerahkan harapan-harapannya sendiri kepada Dia, satu-satunya tempat ia dapat mempercayakan keinginan-keinginan dan mimpi-mimpinya. Ia dapat mendorong orang lain menyerahkan fantasi pra nikah mereka sendiri dan menggantinya dengan kebenaran yang terdapat dalam Mazmur 62 : 6 “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari padaNyalah harapanku”.

Teman-teman (pemantau rohani) memantau mulut mereka dan menolak berbicara terus menerus tentang bagaimana idealnya mereka sebagai pasangan, maka ia dapat dengan bebas menanggapi teman prianya itu secara wajar. Percakapan yang tidak terpantau dapat menuju pada tipu daya utama.

Katakanlah kepada temanmu : “Aku senang kamu mendapatkan saat yang membahagiakan. Aku begitu gembira kamu mau menceritakan kesenangan itu padaku. Sekarang tolonglah lakukan ini sebelum kamu tidur nanti malam dalam doa yang sungguh, serahkanlah “Pria Mengagumkan” itu pada Yesus”.

Misteri Rasa Puas

Status lajang tidak menghasilkan ketiadaan rasa puas sama seperti perrnikahan tidak menghasilkan rasa puas. Ketiadaan rasa puas adalah akibat dari beban mengerikan yang terjadi karena menginginkan hidupmu seperti definisi Anda sendiri.

Para wanita yang menikah mengeluh atas ketiadaan rasa puas sesering yang dilakukan para lajang, bahkan mungkin lebih. Rasul Paulus dalam Filipi 4 : 11 – 13 menggambarkan rahasia ini sebagai “proses belajar” dimana ia dengan rela menyerahkan dan bukannya menentang keadaan itu :

11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Menikah atau lajang, orang itu harus belajar bahwa Yesuslah yang menguatkan Anda untuk berjalan didalam keadaan yang paling menyenangkan atau yang paling suram. Rasa puas yang sejati itu dipelajari. Anda tidak langsung memilikinya saat lahir. Kelas tempat Anda belajar adalah kehidupan Anda sehari-hari. Belajar merasa puas akan membutuhkan kebergantungan penuh pada Yesus, karena keadaan-keadaan yang sulit tanpa kekuatan Yesus akan dapat merampas potensi rasa puasmu.

Berhenti Berdebat dengan Sang Wasit

Ketiadaan rasa puasmu itu karena keangkuhan. Keangkuhan dapat digambarkan sebagai suatu pendapat yang terlalu tinggi akan apa yang patut diterima oleh seseorang. Waktu kehidupan lajang tidak bergerak kearah yang ia inginkan perdebatan seringkali muncul. Dengan siapa seorang wanita lajang berdebat? Tidak lain dengan Sang Wasit, Sang Pengantara : Yesus. Dari mulanya, yang menjadi kesulitan adalah seorang wanita tidak mendengarkan Sang Wasit tetapi mencoba meraih kehidupan sesuai dengan syarat-syarat yang dibuatnya sendiri. Tukarlah keangkuhanmu dengan kekuatan Yesus sehingga Anda dapat menerima tugas apa pun yang diberikan oleh Sang Wasit kepadamu mulai dari saat ini sampai seterusnya.

Terus semangat membaca yah, chapter berikutnya nih

Tidak ada komentar: